Selasa, 15 November 2011

Siswa SMK N 1 Robatal Mengikuti Lomba Metrologi di Universitas Negeri Malang

Hari yang cerah menyapa hati yang penuh semagat dan harapan. Menjelajahi jalan penuh hambatan. Jalan terjal dan bergelombang, siap melewatinya. Dengan bermodalkan nekat, langkah demi langkah siap berjuang sampai titik darah penghabisan. Tak ingin kalahkan diri dari semangat pejuang-pejuang terdahulu yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi kebebasan kemerdekaan bangsa.
SMK Negeri 1 Robatal
Perjalanan yang sangat melelahkan tampak pada wajah-wajah polos siswa. Perjalanan panjang yang dimulai pukul 07.30 WIB dengan start dari Madura. Pukul 12.00 WIB, sampailah di terminal Bungurasih, Surabaya. Tempat beribadah, itulah tujuan utama. Bergegas menuju masjid untuk sholat kemudian mencari warung untuk makan siang. Tepat pukul 13.30 WIB, menuju bis Patas Jurusan Malang dan sampai di kota Malang pukul 20.00 WIB. Merasakan panas dan jenuhnya penantian panjang dalam kemacetan kota. Merasakan kehilangan tujuan dalam angkot kota. Badan capek dan wajah penuh keletihan yang teramat. Hal ini tak menyulutkan semangat.
Keesokan harinya pukul 04.00 WIB bergegas bangun, mengubah posisi untuk memotivasi diri untuk bangkit dari keletihan dan dinginnya geografis kota Malang.
Kemacetan di Sepanjang Perjalanan Munuju Malang
Rasa minder pasti mendera pada jiwa-jiwa polos. Sekolah dari pinggiran, sawahan, tiada masalah untuk terus berjuang demi pendidikan. Yang terpenting adalah semangat. Semangat yang terus membara dihati dan jiwa anak bangsa. Karena tiada beda itu semua selama kita terus mau berusaha dan memiliki kemauan yang kuat untuk terus bangkit dan bangkit.
Semua itu telah dibuktikan oleh kedua siswa dari sekolah desa pelosok. Wajah-wajah polos penuh semangat. Tiada mau menyerah dan berani mencoba sesuatu yang baru serta tak mau kalah dengan sekolah-sekolah kota lainnya se-Jawa Timur. Inilah wajah-wajah polos siswa itu.
Safiudin (kiri) dan Abdul Muis (kanan)
Abdul Muis dan Safiuddin adalah salah satu siswa SMK Negeri 1 Robatal, Sampang.Kedua siswa ini adalah siswa kelas IX yang telah lolos pada level penyisihan di Rayon Madura dan melanjutkan pada level semifinal di Universitas Negeri Malang. Dengan didampingi oleh Pak Jefri Firyanto, S. Pd kedua siswa mengikuti lomba. Lomba Metrologi yang dilaksanakan pada tanggal 13 November 2011 ini diikuti oleh seluruh siswa-siswa SMK se-Jawa Timur.
Pak Jefri Firyanto, S. Pd (Maaf, tidak ada fotonya karena beliau jadi dokumenter sekaligus)
 Tepat pukul 06.00 WIB sampailah di Universitas Negeri Malang. Mencari sarapan itulah tujuan utama pagi itu. Berbeda dengan keadaan di rumah, di kota ini mencari sarapan di pagi hari tak semudah yang kita bayangkan. Mungkin karena keadaan geografis kota yang lumayan dingin, sehingga sarapan pagi pun susah diperolah. Kita harus muter-muter mencari warung yang buka di pagi hari. Menikmati indahnya kota Malang sambil berjalan menyusuri gedung-gedung di Kampus Universitas Negeri Malang itu. Hal yang menakjubkan dan tiada pernah terfikirkan.
Sampai di Gedung H5 Lantai 4 FT UM

Di gedung H5 kita berhenti, karena di gedung inilah tempat tujuan utama dan perlombaan dilakukan. Gedung bertingkat 4 dengan sarana tangga dan lift, menyambut kedatangan kami pagi itu. Pukul 08.00 WIB siap untuk regristrasi awal. Setelah itu, menanyakan pada panitia tentang lomba yang akan dilakukan. Informasi diperoleh bahwasanya lomba dilakukan 2 jam lagi, lebih tepatnya dilakukan pukul 10.00 WIB. Resah, takut, minder, capek menyatu. Melihat peserta lomba dari berbagai penjuru SMK se-Jawa Timur, hal ini merupakan hal yang luar biasa.
Semangat belajar tiada surut (Persiapan Semifinal)
Tepat pukul 10.00 WIB semua peserta dan guru pendamping memasuki ruangan untuk pembukaan acara lomba tersebut. Inilah suasana pembukaan lomba Metrologi di Universitas Negeri Malang waktu itu dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lomba.
Acara Pembukaan Lomba Metrologi

Pukul 11.35 WIB semua peserta lomba selesai dalam menyelesaikan babak penyisihan, kemudian sholat dhuhur berjamaah. Selanjutnya makan siang dan pengumuman untuk babak final. Hasil seperti apapun harus diterima, karena yang terpenting adalah kita sudah berikhtiar sebelumnya. Meskipun tidak lolos dalam final, prestasi keduanya tidak mengecewakan. Diantara semua peserta lomba, mereka adalah satu-satunya siswa dari kelas XI yang mewakili sekolah. Sekolah-sekolah lain diwakilkan oleh siswa-siswa dari kelas XII. Namun, hal ini tiada menjadi permasalahan. Karena mereka telah membawa nama sekolah sampai di tingkat provinsi. Dari sinilah kita semua harus mengikuti jejak-jejak mereka. Kita harus terus bersemangat dan optimis untuk menjadi juara. Karena Allah SWT selalu mengikuti prasangka hambaNya.
Kita harus memiliki jejak-jejak yang menakjubkan. Jejak-jejak yang akan menjadi pembeda diri kita dengan orang lain. Jejak-jejak yang akan memberikan pelajaran dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Jejak-jejak yang akan mengantarkan kita pada titik puncak tujuan kita.
Jejak-jejak yang akan menjadi PEMBEDA
Meski sungguh lelah badan ini, mereka tetap semangat. Menunggu dan terus menunggu datangnya bus jurusan madura. Merasakan dinginnya malam dan lelahnya seharian diperjalanan. Perjalanan 2 hari yang sangat melelahkan dan menguras tenaga. Selain harus menunggu kita juga harus berebut tempat duduk untuk pulang menuju empuknya kasur di rumah yang selama 2 hari kita tinggalkan. Tapi mereka tetap semangat!!
Lelahnya perjalanan malam yang panjang

Untuk itu, pesan saya pada semua siswa-siswa. "Janganlah kalian tidak percaya diri karena alasan kalian anak desa, orang tua tidak mampu dll. Janganlah da kata-kata TAPI jika kalian memiliki niat untuk maju. Karena kata TAPI itu akan membuat kita mundur. Hilangkan kata TAPI mulai dari sekarang. Allah menciptakan manusia itu cerdas, semua tergantung pada diri kita untuk mau berusaha maju atau tidak. Jika orang-orang kaya bisa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi itu merupakan hal yang biasa. Karena mereka adalah orang mampu. Jika kita orang biasa, orang desa, kurang mampu dan dapat terus melanjutkan study, berarti kita telah membuat jejak-jejak itu. Jejak-jejak yang akan menjadi PEMBEDA.
Dan piala kemenanganpun akan ada ditangan kita"
Piala Kemenangan
Pesanku untuk semua bapak/ibu guru,"kita harus selalu memotivasi siswa. Tanpa kita siapa lagi yang akan membantu mereka. Mereka butuh bantuan dan contoh panutan untuk menjalani hidup mereka. Nasib kita dan bangsa ada ditangan siswa-siswi kita. Untuk itu, janganlah jenuh atau bosan mengajar dimanapun tempatnya. Mereka memiliki semangat yang luar biasa. InsyaAllah semua ilmu bapak/ibu guru tidak akan sia-sia. Malah nantinya ilmu itu yang akan mengantarkan kita ke surga (Insya Allah Amin........)."
Don't Give Up